Oku Surat MudathirSure okuma
يَٰٓأَيُّهَا ٱلْمُدَّثِّرُ
Ya ayyuha almuddaththiru
(Hai orang yang berselimut!) yakni Nabi saw. Bentuk asal lafal al-muddatstsir ialah al-mutadatstsir, kemudian huruf ta diidgamkan kepada huruf dal sehingga jadilah al-Muddatstsir, artinya orang yang menyelimuti dirinya dengan pakaiannya sewaktu wahyu turun kepadanya.
قُمْ فَأَنذِرْ
Qum faanthir
(Bangunlah, lalu berilah peringatan) maksudnya pertakutilah penduduk Mekah dengan neraka jika mereka tidak mau beriman.
وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ
Warabbaka fakabbir
(Dan Rabbmu agungkanlah) agungkanlah Dia dari persekutuan yang diada-adakan oleh orang-orang musyrik.
وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
Wathiyabaka fatahhir
(Dan pakaianmu bersihkanlah) dari najis, atau pendekkanlah pakaianmu sehingga berbeda dengan kebiasaan orang-orang Arab yang selalu menguntaikan pakaian mereka hingga menyentuh tanah di kala mereka menyombongkan diri, karena dikhawatirkan akan terkena barang yang najis.
وَٱلرُّجْزَ فَٱهْجُرْ
Waalrrujza faohjur
(Dan perbuatan dosa) lafal Ar-Rujza ditafsirkan oleh Nabi saw. berhala-berhala (tinggalkanlah) hal itu untuk selama-lamanya.
وَلَا تَمْنُن تَسْتَكْثِرُ
Wala tamnun tastakthiru
(Dan janganlah kamu memberi dengan maksud memperoleh balasan yang lebih banyak) lafal Tastaktsiru dibaca Rafa' berkedudukan sebagai Haal atau kata keterangan keadaan. Maksudnya, janganlah kamu memberi sesuatu dengan tujuan untuk memperoleh balasan yang lebih banyak dari apa yang telah kamu berikan. Hal ini khusus berlaku hanya bagi Nabi saw. karena sesungguhnya dia diperintahkan untuk mengerjakan akhlak-akhlak yang paling mulia dan pekerti yang paling baik.
وَلِرَبِّكَ فَٱصْبِرْ
Walirabbika faisbir
(Dan kepada Rabbmu bersabarlah) di dalam melaksanakan perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
فَإِذَا نُقِرَ فِى ٱلنَّاقُورِ
Faitha nuqira fee alnnaqoori
(Apabila ditiup sangkakala) untuk tiupan yang kedua, guna membangkitkan manusia.
فَذَٰلِكَ يَوْمَئِذٍ يَوْمٌ عَسِيرٌ
Fathalika yawmaithin yawmun AAaseerun
(Maka waktu itu) waktu peniupan sangkakala yang kedua (adalah waktu) lafal Yaumaidzin berkedudukan menjadi Badal dari lafal yang sebelumnya, dan sekaligus menjadi Mubtada. Lafal Yaumaidzin dimabnikan karena mengingat dimudhafkan kepada Isim yang Ghairu Mutamakkin. Kemudian yang menjadi Khabarnya ialah (datangnya hari yang sulit) Amil yang mempengaruhi lafal Idza adalah kalimat yang disimpulkan dari pengertian keseluruhannya. Yakni pada hari itu perkara dirasakan amat berat.
عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ غَيْرُ يَسِيرٍ
AAala alkafireena ghayru yaseerin
(Bagi orang-orang kafir lagi tidak mudah) di dalam ungkapan ini terkandung pengertian, bahwa keadaan pada hari itu dirasakan amat ringan oleh orang-orang yang beriman di balik kesulitan yang dirasakan oleh orang-orang kafir.
Contact Us
Thanks for reaching out.
We'll get back to you soon.