قُلْ هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ءَامَنَّا بِهِۦ وَعَلَيْهِ تَوَكَّلْنَا فَسَتَعْلَمُونَ مَنْ هُوَ فِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ
Qul huwa alrrahmanu amanna bihi waAAalayhi tawakkalna fasataAAlamoona man huwa fee dalalin mubeenin
(Katakanlah!, "Dialah Allah Yang Maha Penyayang kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nyalah kami bertawakal. Kelak kalian akan mengetahui) bilamana mereka menyaksikan azab itu. Lafal fasata`lamuuna dapat pula dibaca fasaya`lamuuna, artinya kelak mereka akan mengetahui di saat mereka menyaksikan azab (siapakah yang berada dalam kesesatan yang nyata.") Kami-kah atau mereka?
قُلْ أَرَءَيْتُمْ إِنْ أَصْبَحَ مَآؤُكُمْ غَوْرًا فَمَن يَأْتِيكُم بِمَآءٍ مَّعِينٍۭ
Qul araaytum in asbaha maokum ghawran faman yateekum bimain maAAeenin
(Katakanlah, "Terangkanlah kepadaku jika sumber air kalian menjadi kering;) yakni airnya masuk jauh ke dalam bumi (maka siapakah yang akan mendatangkan air yang mengalir bagi kalian?") Sehingga air itu menyumber dan dapat dicapai oleh tangan atau oleh timba-timba, sebagaimana air yang kalian miliki sekarang? Tiada seorang pun yang dapat mendatangkannya selain Allah swt. Maka, mengapa kalian mengingkari adanya hari berbangkit, yaitu hari di mana Dia membangkitkan kalian menjadi hidup kembali. Disunahkan bagi pembaca surah ini, bila bacaannya sampai kepada lafal ma`iin, hendaknya ia mengucapkan kalimat jawabannya, yaitu "allaahu rabbul 'aalamiina/Allah Rabb semesta alam yang dapat mengeluarkannya. Demikianlah menurut keterangan yang dikemukakan di dalam hadis. Dan ayat ini dibacakan terhadap sebagian orang-orang yang bersifat angkara murka, maka menurut perawinya, bahwa cangkul dan sekop penggali tanah terus menghunjam ke tanah, akan tetapi sumber air tidak muncul-muncul juga; ia telah pergi jauh meresap ke dalam bumi yang tidak dapat dicapainya. Kami berlindung kepada Allah dari perbuatan berani melawan Allah dan ayat-ayat-Nya.
نٓ وَٱلْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ
Noon waalqalami wama yasturoona
(Nun) adalah salah satu dari huruf hijaiah, hanya Allahlah yang mengetahui arti dan maksudnya (demi qalam) yang dipakai untuk menulis nasib semua makhluk di Lohmahfuz (dan apa yang mereka tulis) apa yang ditulis oleh para malaikat berupa kebaikan dan kesalehan.
مَآ أَنتَ بِنِعْمَةِ رَبِّكَ بِمَجْنُونٍ
Ma anta biniAAmati rabbika bimajnoonin
(Kamu sekali-kali bukanlah) hai Muhammad (orang gila, berkat nikmat Rabbmu) yang telah mengaruniakan kenabian kepadamu, dan juga nikmat-nikmat-Nya yang lain. Ayat ini merupakan jawaban terhadap perkataan orang-orang kafir, yang mengatakan bahwa Muhammad adalah orang gila.
وَإِنَّ لَكَ لَأَجْرًا غَيْرَ مَمْنُونٍ
Wainna laka laajran ghayra mamnoonin
(Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya) tiada pernah terputus.
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
Wainnaka laAAala khuluqin AAatheemin
(Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti) beragama (yang agung.)
فَسَتُبْصِرُ وَيُبْصِرُونَ
Fasatubsiru wayubsiroona
(Maka kelak kamu akan melihat dan mereka pun akan melihat.)
بِأَييِّكُمُ ٱلْمَفْتُونُ
Biayyikumu almaftoonu
(Siapakah di antara kalian yang gila) yang tidak waras akalnya, kamukah atau mereka. Lafal al-maftuun ini wazannya sama dengan lafal al-ma`quul, berasal dari mashdar al-futuun, artinya gila.
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ
Inna rabbaka huwa aAAlamu biman dalla AAan sabeelihi wahuwa aAAlamu bialmuhtadeena
(Sesungguhnya Rabbmu, Dialah Yang Paling Mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah Yang Paling mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk) lafal a`lamu di sini bermakna 'aalimun, yakni Dia mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah Yang mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
فَلَا تُطِعِ ٱلْمُكَذِّبِينَ
Fala tutiAAi almukaththibeena
(Maka janganlah kamu ikuti orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah.)
Contact Us
Thanks for reaching out.
We'll get back to you soon.