Baca Surah Tahadengan terjemahan
وَهَلْ أَتَىٰكَ حَدِيثُ مُوسَىٰٓ
Wahal ataka hadeethu moosa
(Apakah) telah (datang kepadamu kisah Musa?)
إِذْ رَءَا نَارًا فَقَالَ لِأَهْلِهِ ٱمْكُثُوٓا۟ إِنِّىٓ ءَانَسْتُ نَارًا لَّعَلِّىٓ ءَاتِيكُم مِّنْهَا بِقَبَسٍ أَوْ أَجِدُ عَلَى ٱلنَّارِ هُدًى
Ith raa naran faqala liahlihi omkuthoo innee anastu naran laAAallee ateekum minha biqabasin aw ajidu AAala alnnari hudan
(Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya) yakni kepada istrinya, ("Tinggallah kamu) di sini, hal itu terjadi sewaktu ia berada dalam perjalanan dari Madyan menuju ke negeri Mesir (sesungguhnya aku melihat) menyaksikan (api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya untuk kalian) berupa obor yang dinyalakan pada sumbu atau kayu (atau aku akan mendapatkan petunjuk di tempat itu") yang dapat menunjukkan jalan; karena pada saat itu Nabi Musa kehilangan arah jalan disebabkan gelapnya malam. Nabi Musa mengungkapkan kata-katanya dengan memakai istilah La'alla yang artinya mudah-mudahan karena ia merasa kurang pasti dengan apa yang telah dijanjikannya itu.
فَلَمَّآ أَتَىٰهَا نُودِىَ يَٰمُوسَىٰٓ
Falamma ataha noodiya ya moosa
(Maka ketika ia datang ke tempat api itu) yaitu di pohon 'Ausaj (ia dipanggil, "Hai Musa!)
إِنِّىٓ أَنَا۠ رَبُّكَ فَٱخْلَعْ نَعْلَيْكَ إِنَّكَ بِٱلْوَادِ ٱلْمُقَدَّسِ طُوًى
Innee ana rabbuka faikhlaAA naAAlayka innaka bialwadi almuqaddasi tuwan
(Sesungguhnya Aku) dibaca Innii karena dengan menganggap lafal Nudiya bermakna Qiila. Dan bila dibaca Annii maka diperkirakan adanya huruf Ba sebelumnya (inilah) lafal Anaa di sini berfungsi mentaukidkan makna yang terkandung di dalam Ya Mutakallim (Rabbmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci) lembah yang disucikan, atau lembah yang diberkati (Thuwa) menjadi Badal atau 'Athaf Bayan. Kalau dibaca Thuwan maka dianggap sebagai nama tempat saja dan jika dibaca Thuwa dalam bentuk lafal yang Muannats, maka dianggap sebagai nama daerah dan 'Alamiyah, sehingga tidak menerima harakat Tanwin.
وَأَنَا ٱخْتَرْتُكَ فَٱسْتَمِعْ لِمَا يُوحَىٰٓ
Waana ikhtartuka faistamiAA lima yooha
(Dan Aku telah memilih kamu) dari kaummu (maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan kepadamu) dari-Ku.
إِنَّنِىٓ أَنَا ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعْبُدْنِى وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَ لِذِكْرِىٓ
Innanee ana Allahu la ilaha illa ana faoAAbudnee waaqimi alssalata lithikree
(Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tiada Tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku) di dalam salat itu.
إِنَّ ٱلسَّاعَةَ ءَاتِيَةٌ أَكَادُ أُخْفِيهَا لِتُجْزَىٰ كُلُّ نَفْسٍۭ بِمَا تَسْعَىٰ
Inna alssaAAata atiyatun akadu okhfeeha litujza kullu nafsin bima tasAAa
(Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan waktunya) dari manusia dan menampakkan kepada mereka hanya dekatnya hari kiamat melalui alamat-alamatnya supaya mendapatkan balasan) di hari itu (tiap-tiap diri itu dengan apa yang ia usahakan) apakah kebaikan ataukah keburukan.
فَلَا يَصُدَّنَّكَ عَنْهَا مَن لَّا يُؤْمِنُ بِهَا وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ فَتَرْدَىٰ
Fala yasuddannaka AAanha man la yuminu biha waittabaAAa hawahu fatarda
(Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan) dibelokkan (daripadanya) dari iman kepada adanya hari kiamat (oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya) untuk ingkar kepada adanya hari kiamat (yang menyebabkan kamu jadi binasa") sedangkan mereka pasti akan binasa.
وَمَا تِلْكَ بِيَمِينِكَ يَٰمُوسَىٰ
Wama tilka biyameenika ya moosa
(Apakah itu) yang berada (di tangan kananmu, hai Musa?) Kata tanya atau Istifham di sini mengandung makna Taqrir, maksudnya supaya Allah menurunkan mukjizat kepada Nabi Musa dengan melalui tongkatnya itu.
قَالَ هِىَ عَصَاىَ أَتَوَكَّؤُا۟ عَلَيْهَا وَأَهُشُّ بِهَا عَلَىٰ غَنَمِى وَلِىَ فِيهَا مَـَٔارِبُ أُخْرَىٰ
Qala hiya AAasaya atawakkao AAalayha waahushshu biha AAala ghanamee waliya feeha maaribu okhra
(Berkata Musa, "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan) berpegangan (padanya) sewaktu aku melompat dan berjalan (dan aku pukul) aku memukul daun-daun pohon (dengannya) supaya daun-daun itu berjatuhan (untuk kambingku) lalu kambing-kambingku itu memakannya (dan bagiku ada lagi padanya keperluan). Lafal Ma'aarib adalah bentuk jamak dari lafal Ma'ribah atau Ma'rabah atau Ma'rubah, artinya keperluan-keperluan (yang lain") seperti untuk memikul bekal dan air minum, serta untuk mengusir binatang buas. Kemudian Allah menambahkan jawaban, sebagai penjelasan bahwa pada tongkat itu masih terdapat kegunaan lainnya, yaitu:
Contact Us

Thanks for reaching out.
We'll get back to you soon.